I'm blinded,....
"Kau kan memang buta?" Celetuk seseorang yang sepertinya anak kecil.
Aku hanya bisa menghela nafas setiap mendengar ejekan seperti itu. Aku tak bisa
memarahinya, karena memang kenyataannya seperti itu. Aku buta.
"Sudah jangan dengarkan perkataan anak tadi" Ujar seseorang menepuk
pundakku perlahan. Dari suaranya ia sepertinya seorang pria.
"Siapa kau? Tak usah seperti pahlawan, aku sudah biasa mendengar ejekan
seperti itu. Anak itu benar aku memang buta" Kataku sembari berjalan
meninggalkannya.
"Tunggu" Teriaknya mencegatku.
"Apa?"
"Aku Harry, dan kau?"
"Helen"
"Kau mau kemana? Aku antar ya?"
"Apa kau ingin mengantarku? Hahaha. Kau pikir aku tak bisa? Aku sudah
biasa!!!" Omelku padanya. Ada apasih dengan pria ini aneh sekali. Huh.
"Tapi......"
"No" Potongku cepat dan pergi meninggalkannya.
Aku berjalan terus menuju rumahku, aku tak tahu apakah orang aneh tadi terus
mengikutiku apa tidak. Ah sudahlah asalkan ia tak berbuat buruk padaku,
whatever. Rumahku tak begitu jauh dari taman tadi, dan aku sudah sangat
menghapalnya.
"Non Helen dari mana saja" Tanya Nanny-ku. Seperti ia telah
menungguku sedari tadi.
"Taman"
"Aduh non, kan sudah dibilang non tidak boleh kemana mana nanti kalau
non......"
"STOP!! I don't wanna hear anything about that. Aku sudah besar"
Potongku kasar, aku tak suka dianggap seperti orang lemah.
"But....."
"Cause I'm blinded, right? Hahaha" Tawaku sarcastic.
Harry
Pov
Aku mengikuti Helen. Aku khawatir padanya. Aku memang baru mengenalnya tadi, tp
aku merasa ada sesuatu dalam diri Helen yg membuatku tertarik padanya. Aku suka
Matanya. Walau ia tak dapat melihatku, tp aku merasakan pancaran mata yang
rapuh dari matanya.
"Non, itu non diantar oleh siapa?" Tanya Nanny-nya menunjuk
kearahku membuatku tersentak. Ah aku ketahuan.
"Tak tahu" Jawabnya acuh.
"Eh.. Eh.. Tadi saya melihat Helen ditaman, dan saya berniat
mengantarkannya tp ia menolaknya. Jadi... Saya hanya memastikan ia sampai
rumahnya" Jawabku gugup. Aku takut membuat Helen semakin membenciku.
"Terimakasih ya"
"Tak usah berkata seperti itu, aku bisa sendiri"
"Aku pulang ya dan bolehkah besok aku mengajakmu berjalan-jalan ?" Ah
bodoh sekali aku, ia tentu takkan mau......
"Maybe, lihat saja besok" Katanya membuatku terkejut. Dia mau? Aku
yakin ia mau.
***************
Hari ini aku akan mengajak Helen berjalan-jalan. Entah kemana, aku sendiri
belum memikirkannya. Aku sudah tiba didepan rumah Helen. Dan saat aku hendak
masuk, Helen sudah terlebih dahulu keluar bersama nanny-nya itu.
Helen
Pov
"I think he was arrived" Kataku sambil berjalan menuju pintu. Ya aku
memang menunggunya. Aku pikir ia orang yang baik dan aku akan mencoba berteman
dengannya.
"Wait!" Teriak Nanny-ku. Lagi lagi ia terlalu takut aku terluka. Ah.
Aku mendengar suara pintu terbuka dan,
"Hey"
Suara itu. Aku yakin itu suara Harry. Walaupun aku belum lama tak bisa melihat,
tp aku merasa indera pendengaranku sudah cepat beradapatasi untuk mengenal
suara dengan cepat.
"So, kemana kita akan pergi?" Ucap Harry lagi.
"Idk. Up to you"
"Yasudah. Kita ke taman kemarin saja ya"
Aku mengangguk dan mulai berjalan ke arah taman.
"Jadi... Aku ingin mengobrol banyak denganmu" Kata Harry yg terdengar
sedikit gugup. Aku tahu ia takut membuatku tersinggung lagi. Haha
"Okay, apa yang kau ingin obrolkan"
"Kita duduk disini saja ya. Hmm.... Maukah kau menjadi temanku?"
"I guess yes"
"Really? Ah aku senang!" Katanya terdengar bahagia yg membuatku
menjadi ingin tertawa.
"Hahahaa........."
Harry
Pov
"Hahahaa........." Akhirnya ia tertawa. Aku senang melihatnya. Aku
senang ia mau menganggapku teman. Aku harap aku bisa selalu disisinya dan terus
mendengar tawanya.
"Ijinkan aku bertanya" Kata Helen tiba-tiba.
"Sure"
"Apa pekerjaanmu? Okay, aku hanya ingin tahu"
"Penyanyi" Jawabku datar.
Aku melihatnya menyengitkan alis. Ia tampaknya bingung. Hem..
"Lalu bagaimana jika kau menyanyikan sebuah lagu untukku?" Tanyanya
seperti memohon. Oh dengan senang hati akan ku lakukan!!
"Kau mau ku nyanyikan lagu kemarin?"
Ia tampak berpikir dan akhirnya mengangguk setuju.
***************
Sudah 2 minggu aku dan Helen berkenalan. Aku sudah tahu banyak tentangnya dan
begitupun sebaliknya. Aku tahu apa yang selalu ia rasakan. Diejek, dicemoh dan
dianggap tak berguna. Tp aku tak tahu apa hal yang menyebabkannya buta.
"Helen, may I ask one thing?" Kataku saat tiba didepan rumahnya. Kami
baru saja pulang berjalan-jalan bersama. Itulah rutinitas kami selama 2 minggu
ini, berjalan-jalan di sore hari.
"Ofc"
"Apa hal yang membuatmu seperti ini. Kau tahu apa yang kumaksud
bukan?"
Ia menghela napas.
"Asal kau tahu, aku tak buta sejak lahir. Ini terjadi karena sebuah
accident 3 bulan yang lalu. Accident yang.......tidak penting. Hanya karena aku
putus cinta dan aku memutuskan minum terlalu banyak yang akibatnya seperti ini.
Aku mengalami kecelakaan dan aku buta" Ujarnya tanpa jeda. Aku tahu ia
pasti sulit menceritakan hal-hal buruk itu.
"Mengapa kau tak mencoba mencari donor?"
"Belum giliranku. Aku harus mengantri untuk mendapatkan donor. Jika ada yg
mendonorkan matanya khusus untukku, baru aku akan menjalani operasi"
Ia tersenyum. Aku tahu ia berbohong, itu bukanlah senyumnya. Ia hanya menahan
tangis.
"Minggu depan, tanggal 27 Februari aku harap kau datang ke rumah sakit St.
Patrous. Aku akan menjadi donor khusus untukmu. Aku tunggu kedatanganmu"
Ucapku sambil berlalu meninggalkan rumah Helen dan Helen yang masih berdiri
kaku didepan rumahnya. Ia pasti shock dengan ucapanku.
"HARRY!! HARRY!!" Aku mendengar ia berteriak memanggil-manggil
namaku. Tenang Helen, aku hanya ingin memberimu hadiah.
Helen
Pov
"Minggu depan, tanggal 27 Februari aku harap kau datang ke rumah sakit St.
Patrous. Aku akan menjadi donor khusus untukmu. Aku tunggu kedatanganmu"
Aku terhenyak mendengarnya. Apa? Harry? Kau bodoh. Untuk apa aku dapat melihat
kalau tak dapat melihatmu? Satu-satunya orang yang ingin kulihat hanyalah kau,
Harry. Aku rasa aku sudah mulai.......menyukaimu.
"HARRY!! HARRY!!" Teriakku histeris. Aku rasa ia takkan kembali. Aku
harap esok dia akan menemuiku dan mengubah pikirannya. Aku harap.
***************
"Good Morning, sweety!" Aku terbangun oleh suara itu. Apakah itu
Harry? Tapi......
"Harry? Its you?"
"Harry? Who?" Tanya orang itu kebingungan.
"I'm Louis, your brother. Kau melupakanku?" Ucapnya lagi. Sudah
kuduga, ia bukan Harry.
"Tidak" Kataku pergi meninggalkannya. Aku tahu ia pasti bingung. Ia
tak pernah tahu siapa Harry.
Aku masih menunggu Harry datang. Aku harap ia akan datang hari ini seperti
biasanya. Tapi, ini sudah cukup malam aku rasa, biasanya aku dan Harry telah
tiba dirumah saat ini. Itu artinya Harry tak datang hari ini. Aku benar-benar
kecewa padanya. Apakah ia benar akan melakukan hal bodoh itu demi aku?
Hari demi hari aku lewati tanpa kehadiran Harry seperti biasanya dan hari ini,
tepat tanggal 27 February aku akan menjalani operasi yang ia minta. Memang
benar, kemarin pihak rumah sakit itu telah menghubungiku menyatakan aku akan
dioperasi besok. Tak terbersit perasaan senang dalam diriku. Aku tahu aku
bodoh, disaat aku mendapatkan mata aku justru bersedih karena takkan melihat
Harry.
"Are u ready?" Tanya doctor itu padaku. Hah sudah saatnya.
"Can I ask u one thing?" Tanyaku sedikit memohon pada doctor itu.
"Okay, 5 minute. What will do you ask me?"
"Siapa yg mendonorkanku mata?"
"Mr. Harry. Harry Styles" Tegas doctor itu membuat perasaanku semakin
hancur. Saat ini aku merasa yakin takkan pernah bisa melihat Harry lagi.
"Okay, we must to go to the operating room now"
***************
Hari ini aku akan membuka perban dimata ini. Seluruh keluargaku telah berkumpul
dan yang aku rasakan mereka sangat gembira, itu justru berbanding terbalik
denganku. Sejak hari operasi itu, aku tak hentinya ingin menangis dan
mengembalikan mata ini pada Harry. Tp apa daya? Itu takkan mungkin.
"Are u ready Mrs. Helen?"
"Yes" Jawabku tak bersemangat. Aku ingin sekali orang yang pertama
kulihat adalah Harry.
"1.....2.......3 okay open your eyes"
Aku mencoba membuka mataku perlahan. Rasanya sangat berat dan pandanganku
sangat kabur, mulai membaik dan hey! Aku dapat melihat! Aku mulai memperhatikan
sekelilingku. Disana ada mom, dad, nanny, Louis dan........tunggu! Siapa dia?
"Who are u?" Tanyaku sambil menatapnya tajam. Tapi bukannya menjawab
pertanyaanku ia malah berjalan keluar ruangan.
"Wait!! Who are u?" Aku berlari mengejarnya dan....hap. Aku meraih
tangannya. Tapi, tangan ini rasanya seperti.......
"Are u okay?"
"HARRY!!" Teriakku lalu memeluknya. Bila ini mimpi, aku mohon tolong
jangan pernah bangunkan aku dari mimpi ini.
"Its really you?" Ujarku sambil menangis dipelukannya.
"Tentu, babe! Kenapa kau terkejut?" Tanyanya tanpa nada bersalah. Ia
telah membohongiku!
"Kau bohong. Lalu mata ini milik?"
"Mau aku ceritakan? Aku juga tak tahu itu mata milik siapa. Selama
seminggu aku menghilang aku berpergian keseluruh rumah sakit dikota ini dan
memohon memasukkan namamu ke nomor antrian pertama penerima donor. Dan inilah
hasilnya! Bagaimana usahaku?" Jawabnya sambil memainkan matanya genit.
Aku memutar mata. Menyebalkan. Aku ditipu olehnya!
"Mengapa kau harus berbohong? Kau tahu aku panik mendengar itu!!!"
"Aku ingin mengetahui apakah kau menyukaiku apa tidak. Kau menyukaiku kan?
Ayolah jujur saja"
"................yes" Cicitku nyaris tak terdengar.
"So, will u be mine?"
"...............yes" Cicitku lagi. Aku tahu saat ini aku pasti
blushing. Huh.
"Jangan mencicit seperti itu!" Ujarnya sembari menarikku jatuh dalam
pelukannya. Ia mulai menarikku semakin dekat, dekat dan akhirnya bibir kami pun
bertemu. Aku bisa merasakan bibir Harry yang berasa mint ini membuatku terus
tak ingin berhenti. Aku sudah mulai kehabisan napas dan....
"Don't leave me again, Harry" Kataku seraya mengakhirinya.
"I Promise"